Senin, 18 April 2011

Ayah, Ibu,,, Aku Rindu Kalian....


Siapa yang menghapus air matamu saat tangismu berderai?
Dengan tangan lembutnya perlahan dia usap air mata ini, dengan jutaan kasih.

Siapakah yang memberi ciuman mesra saat kau kecil?

Dengan uluran kasihnya dia cium kedua pipi kita.Disaat malam menjelma dia rela tidur dengan tanpa selimut demi anaknya, agar tak kedinginan.

Dia yang membersihkan kotoran-kotoran yang tiap kali aku keluarkan tanpa rasa malu, dia bersihkan perlahan tanpa rasa jijik.Dia yang selalu menceritakanku tentang semua kisah di dunia ini sebelum mataku terlelap hiasi hening malam.Di pagi yang cerah dia selalu menggendongku kemana dia pergi, kasihnya sungguh tak ada batas.


Ayah kau adalah malaikat ku yang mengajariku tentang semua,
dan kini aku tahu tentang segalanya.
Di kala aku mulai dewasa engkau selalu memberiku yang terbaik.
Mengajariku saat aku belajar di malam hari.


Ayah, Ibu kini aku kesepian diantara langit malam hari,
hanya langit gelap yang sanggup kutatap.
kini aku harus menjalani hari-hari sepi tanpa kalian.
Aku ingati semuanya,
kalian yang selalu menjemputku penuh senyum tulus di muka pintu saat aku datang.
Ayah, Ibu aku rindu doa-doa tulusmu dari relung hatimu.


Ayah, Ibu doakanlah aku yang kini sedang melangkah.
Menjalani hariku demi citaku.
Ayah, Ibu kuharapkan kepergianku ini dengan uluran tangan dan sejuta maaf mu.
Mohon kan kepada Allahhu Robbi agar dia besertaku selalu di sela-sela hidup ku.


Telah aku arungi dan aku seberangi laut biru.
Rindu rasanya tiap saat indah bersamamu.
Namun kini aku jauh darimu.
Ayah, Ibu aku rindu senyum indahmu,
Ayah, Ibu aku rindu kasih tulusmu,
aku rindu cerita-ceritamu di malam menjelang tidurku,
aku rindu suapan makanan yang kau suapkan padaku saat aku kecil dulu,
aku rindu tidur dipangkuan mu.
Ayah, Ibu aku rindu saat saat bersamamu.
Ayah, Ibu andai waktu ini dapat diulang kembali akan aku persembahkan yang terbaik bagimu.


Ayah, Ibu maafkan aku anakmu ini,
yang tidak sempat membahagiakan mu.
Ayah, Ibu hanya doa yang mampu aku kirimkan untuk mu,
aku tahu ini tak sebanding dengan kasihmu yang tulus padaku.
Namun apa dayaku Ayah, Ibu..
sesungguhnya akupun menyesal,
aku belum berikan kepadamu yang terbaik.
Andai kau kini ada dihadapanku.
Aku rela bersujud dan mencium telapak kakimu yang mulia.


Ayah, Ibu..sayang dan rindu sangat padamu..!

Ya Robb ampuni dosa Ayah dan Ibu ku Ya Rabb... berilah syurga yang tertinggi baginya.

Aku Rindu Saat Dahulu

Waktu engkau masih kanak-kanak. ......... ...

kau laksana kawan sejatiku

Dengan wudu', Aku kau sentuh dalam keadaan suci, Aku kau pegang

Aku,kau junjung dan kau pelajari

Aku engkau baca dengan suara lirih atau pun keras setiap hari

Setelah selesai engkau menciumku mesra



Sekarang engkau telah dewasa...... ........

Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...

Apakah Aku bahan bacaan usang yang tinggal sejarah...?

Menurutmu, mungkin Aku bahan bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu

Atau, menurutmu Aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji..... ..

Sekarang, Aku tersimpan rapi sekali, sehingga engkau lupa di mana Aku tersimpan

Aku sudah engkau anggap hanya sebagai pengisi stormu.



Kadang kala Aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa

Atau Aku kau buat penangkal untuk menakuti iblis dan syaitan

Kini Aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian, kesepian.

Di dalam almari, di dalam laci, Aku engkau pendamkan.

Dulu...pagi- pagi...surah- surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman.

Di waktu petang, Aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....



Sekarang...seawal pagi sambil minum kopi...engkau baca surat khabar dahulu

Waktu lapang engkau membaca buku karangan manusia

Sedangkan Aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Azzawajalla,

Engkau abaikan dan engkau lupakan...



Waktu berangkat kerja pun kadang engkau lupa baca pembuka surah2ku(Bismillah) .

Di dalam perjalanan engkau lebih asyik menikmati muzik duniawi

Tidak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat di dalam keretamu

Sepanjang perjalanan,radiomu selalu tertuju ke stesen radio kesukaanmu

Mengasyikkan. .



Di meja kerjamu tidak ada Aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja

Di Komputermu pun kau putar muzik favoritmu

Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku. ........

E-mail temanmu yang ada ayat-ayatku pun kau abaikan

Engkau terlalu sibuk dengan urusan dunia mu

Benarlah dugaanku bahawa engkau kini sudah benar-benar hampir melupaiku





Bila malam tiba engkau tahan bersekang mata berjam-jam di depan TV.

Menonton siaran televisyen

Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk

Hanya sekadar membaca berita murahan dan gambar sampah

Waktu pun cepat berlalu..... ....

Aku semakin kusam dalam laci-laci mu

Mengumpul debu atau mungkin dimakan hama



Seingatku, hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali

Itupun hanya beberapa lembar dariku.

Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu

Engkau pun kini terangkak-rangkak ketika membacaku

Atau waktu kematian saudara atau taulan mu



Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba

Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya

Apakah TV, radio ,hiburan atau komputer dapat menolong kamu?

Yang pasti ayat-ayat Allah s.w.t yang ada padaku menolong mu

Itu janji Tuhanmu, Allah s.w.t



Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...

Setiap saat berlalu...

Dan akhirnya.... .

kubur yang setia menunggu mu.......... .

Engkau pasti kembali, kembali kepada Tuhanmu



Jika Aku engkau baca selalu dan engkau hayati...

Di kuburmu nanti....

Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan.

Yang akan membantu engkau membela diri

Dalam perjalanan ke alam akhirat.

Dan Akulah "Al-Qur'an", kitab sucimu

Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu.



Peganglah Aku kembali.. .. bacalah Aku kembali setiap hari.

Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat-ayat suci.

Yang berasal dari Allah Azzawajalla

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah

Yang disampaikan oleh Jibril melalui Rasulmu

Keluarkanlah segera Aku dari almari, lacimu...... .

Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu.

Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu.

Sentuhilah Aku kembali...



Baca dan pelajari lagi Aku....

Setiap datangnya pagi, petang dan malam hari walau secebis ayat

Seperti dulu.... Waktu engkau masih kecil

Di surau kecil kampungmu yang damai

Jangan aku engkau biarkan aku sendiri....

Dalam bisu dan sepi....

Sabtu, 16 April 2011

Berbenah Diri Menyambut Bulan Ramadhan

Allah Ta’ala telah mengutamakan sebagian waktu (zaman) di atas sebagian lainnya, sebagaimana Dia mengutamakan sebagian manusia di atas sebagian lainnya dan sebagian tempat di atas tempat lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ
Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya, sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka” (QS al-Qashash:68).
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat di atas, beliau berkata, “(Ayat ini menjelaskan) menyeluruhnya ciptaan Allah bagi seluruh makhluk-Nya, berlakunya kehendak-Nya bagi semua ciptaan-Nya, dan kemahaesaan-Nya dalam memilih dan mengistimewakan apa (yang dikehendaki-Nya), baik itu manusia, waktu (jaman) maupun tempat”[1].
Termasuk dalam hal ini adalah bulan Ramadhan yang Allah Ta’ala utamakan dan istimewakan dibanding bulan-bulan lainnya, sehingga dipilih-Nya sebagai waktu dilaksanakannya kewajiban berpuasa yang merupakan salah satu rukun Islam.
Sungguh Allah Ta’ala memuliakan bulan yang penuh berkah ini dan menjadikannya sebagai salah satu musim besar untuk menggapai kemuliaan di akhirat kelak, yang merupakan kesempatan bagi hamba-hamba AllahTa’ala yang bertakwa untuk berlomba-lomba dalam melaksanakan ketaatan dan mendekatkan diri kepada-Nya[2].
Bagaimana Seorang Muslim Menyambut Bulan Ramadhan?
Bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, padanya dilipatgandakan amal-amal kebaikan, disyariatkan amal-amal ibadah yang agung, di buka pintu-pintu surga dan di tutup pintu-pintu neraka[3].
Oleh karena itu, bulan ini merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan ingin meraih ridha-Nya.
Dan karena agungnya keutamaan bulan suci ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyampaikan kabar gembira kepada para sahabat radhiyallahu ‘anhum akan kedatangan bulan yang penuh berkah ini[4].
Sahabat yang mulia, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, “Telah datang bulan Ramadhan yang penuh keberkahan, Allah mewajibkan kalian berpuasa padanya, pintu-pintu surga di buka pada bulan itu, pintu-pintu neraka di tutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat malam (kemuliaan/lailatul qadr) yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalangi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung)”[5].
Imam Ibnu Rajab, ketika mengomentari hadits ini, beliau berkata, “Bagaimana mungkin orang yang beriman tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa (dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala) tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka? Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para setan dibelenggu?”[6].
Dulunya, para ulama salaf jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah Ta’ala agar mereka mencapai bulan yang mulia ini, karena mencapai bulan ini merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Alah Ta’ala. Mu’alla bin al-Fadhl berkata, “Dulunya (para salaf) berdoa kepada Allah Ta’ala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan (berikutnya) agar Dia menerima (amal-amal shaleh) yang mereka (kerjakan)”[7].
Maka hendaknya seorang muslim mengambil teladan dari para ulama salaf dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan, dengan bersungguh-sungguh berdoa dan mempersiapkan diri untuk mendulang pahala kebaikan, pengampunan serta keridhaan dari Allah Ta’ala, agar di akhirat kelak mereka akan merasakan kebahagiaan dan kegembiraan besar ketika bertemu Allah Ta’ala dan mendapatkan ganjaran yang sempurna dari amal kebaikan mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan (besar): kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia bertemu Allah[8].
Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan minuman lezat di pasar untuk persiapan makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan dengan mengikuti berbagai program acara Televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan manusia dari mengingat Allah Ta’ala dari pada manfaat yang diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya.
Tapi persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya di bulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena balasan kebaikan/keutamaan dari semua amal shaleh yang dikerjakan manusia, sempurna atau tidaknya, tergantung dari sempurna atau kurangnya keikhlasannya dan jauh atau dekatnya praktek amal tersebut dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam[9].
Hal ini diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sungguh seorang hamba benar-benar melaksanakan shalat, tapi tidak dituliskan baginya dari (pahala kebaikan) shalat tersebut kecuali sepersepuluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, atau seperduanya”[10].
Juga dalam hadits lain tentang puasa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Terkadang orang yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja[11].
Meraih Takwa dan Kesucian Jiwa dengan Puasa Ramadhan
Hikmah dan tujuan utama diwajibkannya puasa adalah untuk mencapai takwa kepada Allah Ta’ala[12], yang hakikatnya adalah kesucian jiwa dan kebersihan hati[13]. Maka bulan Ramadhan merupakan kesempatan berharga bagi seorang muslim untuk berbenah diri guna meraih takwa kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (QS al-Baqarah:183).
Imam Ibnu Katsir berkata, “Dalam ayat ini Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang yang beriman dan memerintahkan mereka untuk (melaksanakan ibadah) puasa, yang berarti menahan (diri) dari makan, minum dan hubungan suami-istri dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala (semata), karena puasa (merupakan sebab untuk mencapai) kebersihan dan kesucian jiwa, serta menghilangkan noda-noda buruk (yang mengotori hati) dan semua tingkah laku yang tercela”[14].
Lebih lanjut, Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di menjelaskan unsur-unsur takwa yang terkandung dalam ibadah puasa, sebagai berikut:
- Orang yang berpuasa (berarti) meninggalkan semua yang diharamkan Allah (ketika berpuasa), berupa makan, minum, berhubungan suami-istri dan sebagainya, yang semua itu diinginkan oleh nafsu manusia, untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan balasan pahala dari-Nya dengan meninggalkan semua itu, ini adalah termasuk takwa (kepada-Nya).
- Orang yang berpuasa (berarti) melatih dirinya untuk (merasakan) muraqabatullah (selalu merasakan pengawasan Allah Ta’ala), maka dia meninggalkan apa yang diinginkan hawa nafsunya padahal dia mampu (melakukannya), karena dia mengetahui Allah maha mengawasi (perbuatan)nya.
- Sesungguhnya puasa akan mempersempit jalur-jalur (yang dilalui) setan (dalam diri manusia), karena sesungguhnya setan beredar dalam tubuh manusia di tempat mengalirnya darah[15], maka dengan berpuasa akan lemah kekuatannya dan berkurang perbuatan maksiat dari orang tersebut.
- Orang yang berpuasa umumnya banyak melakukan ketaatan (kepada Allah Ta’ala), dan amal-amal ketaatan merupakan bagian dari takwa.
- Orang yang kaya jika merasakan beratnya (rasa) lapar (dengan berpuasa) maka akan menimbulkan dalam dirinya (perasaan) iba dan selalu menolong orang-orang miskin dan tidak mampu, ini termasuk bagian dari takwa[16].
Bulan Ramadhan merupakan musim kebaikan untuk melatih dan membiasakan diri memiliki sifat-sifat mulia dalam agama Islam, di antaranya sifat sabar. Sifat ini sangat agung kedudukannya dalam Islam, bahkan tanpa adanya sifat sabar berarti iman seorang hamba akan pudar. Imam Ibnul Qayyim menggambarkan hal ini dalam ucapan beliau, “Sesungguhnya (kedudukan sifat) sabar dalam keimanan (seorang hamba) adalah seperti kedudukan kepala (manusia) pada tubuhnya, kalau kepala manusia hilang maka tidak ada kehidupan bagi tubuhnya”[17].
Sifat yang agung ini, sangat erat kaitannya dengan puasa, bahkan puasa itu sendiri adalah termasuk kesabaran. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih menamakan bulan puasa dengan syahrush shabr (bulan kesabaran)[18]. Bahkan Allah menjadikan ganjaran pahala puasa berlipat-lipat ganda tanpa batas[19], sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Semua amal (shaleh yang dikerjakan) manusia dilipatgandakan (pahalanya), satu kebaikan (diberi ganjaran) sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali puasa (ganjarannya tidak terbatas), karena sesungguhnya puasa itu (khusus) untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran (kebaikan) baginya[20].
Demikian pula sifat sabar, ganjaran pahalanya tidak terbatas, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
{إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ}
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan disempurnakan (ganjaran) pahala mereka tanpa batas” (QS az-Zumar:10).
Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan eratnya hubungan puasa dengan sifat sabar dalam ucapan beliau,“Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam (melaksanakan) ketaatan kepada Allah, sabar dalam (meninggalkan) hal-hal yang diharamkan-Nya, dan sabar (dalam menghadapi) ketentuan-ketentuan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginan (manusia). Ketiga macam sabar ini (seluruhnya) terkumpul dalam (ibadah) puasa, karena (dengan) berpuasa (kita harus) bersabar dalam (menjalankan) ketaatan kepada Allah, dan bersabar dari semua keinginan syahwat yang diharamkan-Nya bagi orang yang berpuasa, serta bersabar dalam (menghadapi) beratnya (rasa) lapar, haus, dan lemahnya badan yang dialami orang yang berpuasa”[21].
Penutup
Demikianlah nasehat ringkas tentang keutamaan bulan Ramadhan, semoga bermanfaat bagi semua orang muslim yang beriman kepada Allah Ta’ala dan mengharapkan ridha-Nya, serta memberi motivasi bagi mereka untuk bersemangat menyambut bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan mempersiapkan diri dalam perlombaan untuk meraih pengampunan dan kemuliaan dari-Nya, dengan bersungguh-sungguh mengisi bulan Ramadhan dengan ibadah-ibadah agung yang disyariatkan-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada setiap malam (di bulan Ramadhan) ada penyeru (malaikat) yang menyerukan: Wahai orang yang menghendaki kebaikan hadapkanlah (dirimu), dan wahai orang yang menghendaki keburukan kurangilah (keburukanmu)!”[22].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين