Kamis, 31 Maret 2011

Motivasi untuk sabar

Oleh: Al Ustadz Abu Rosyid Ash-Shinkuan hafizhahullah

Ayat-ayat Al Qur’an tentang Sabar

Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (QS.Ali ‘Imraan: 200)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Baqarah: 155)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS.Az-Zumar: 10)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
“Tetapi orang yang bersabar dan mema`afkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” (QS.Asy-Syuuraa: 43)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Baqarah: 153)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kalian.” (QS.Muhammad: 31)
Dan ayat-ayat yang memerintahkan sabar dan menerangkan keutamaannya sangat banyak dan dikenal.

Pengertian dan Jenis-jenis Sabar

Ash-Shabr (sabar) secara bahasa artinya al-habsu (menahan), dan diantara yang menunjukkan pengertiannya secara bahasa adalah ucapan: “qutila shabran” yaitu dia terbunuh dalam keadaan ditahan dan ditawan. Sedangkan secara syari’at adalah menahan diri atas tiga perkara: yang pertama: (sabar) dalam mentaati Allah, yang kedua: (sabar) dari hal-hal yang Allah haramkan, dan yang ketiga: (sabar) terhadap taqdir Allah yang menyakitkan.
Inilah macam-macam sabar yang telah disebutkan oleh para ‘ulama.
Jenis sabar yang pertama, yaitu hendaknya manusia bersabar terhadap ketaatan kepada Allah, karena sesungguhnya ketaatan itu adalah sesuatu yang berat bagi jiwa dan sulit bagi manusia. Memang demikianlah kadang-kadang ketaatan itu menjadi berat atas badan sehingga seseorang merasakan adanya sesuatu dari kelemahan dan keletihan ketika melaksanakannya. Demikian juga padanya ada masyaqqah (sesuatu yang berat) dari sisi harta seperti masalah zakat dan masalah haji.
Yang penting, bahwasanya ketaatan-ketaatan itu padanya ada sesuatu dari masyaqqah bagi jiwa dan badan, sehingga butuh kepada kesabaran dan kesiapan menanggung bebannya,
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian beruntung.” (QS.Ali ‘Imraan: 200)
Allah juga berfirman:
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS.Thaha: 132)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Qur’an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu.” (QS.Al-Insan: 23-24)
Ayat ini menerangkan tentang sabar dalam melaksanakan perintah-perintah, karena sesungguhnya Al-Qur`an itu turun kepadanya agar beliau (Rasulullah) menyampaikannya (kepada manusia), maka jadilah beliau orang yang diperintahkan untuk bersabar dalam melaksanakan ketaatan.
Dan Allah Ta’ala berfirman:
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” (QS.Al-Kahfi: 28)
Ini adalah sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Jenis sabar yang kedua, yaitu bersabar dari hal-hal yang Allah haramkan sehingga seseorang menahan jiwanya dari apa-apa yang Allah haramkan kepadanya, karena sesungguhnya jiwa yang cenderung kepada kejelekan itu akan menyeru kepada kejelekan, maka manusia perlu untuk mengekang dan mengendalikan dirinya, seperti berdusta, menipu dalam bermuamalah, memakan harta dengan cara yang bathil, dengan riba dan yang lainnya, berbuat zina, minum khamr, mencuri dan lain-lainnya dari kemaksiatan-kemaksiatan yang sangat banyak.
Maka kita harus menahan diri kita dari hal-hal tadi jangan sampai mengerjakannya dan ini tentunya perlu kesabaran dan butuh pengendalian jiwa dan hawa nafsu.
Diantara contoh dari jenis sabar yang kedua ini adalah sabarnya Nabi Yusuf‘alaihis salaam dari ajakan istrinya Al-’Aziiz (raja Mesir) ketika dia mengajak (zina) kepadanya di tempat milik dia, yang padanya ada kemuliaan dan kekuatan serta kekuasaan atas Nabi Yusuf, dan bersamaan dengan itu Nabi Yusuf bersabar dan berkata:
“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS.Yusuf: 33)
Maka ini adalah kesabaran dari kemaksiatan kepada Allah.
Jenis sabar yang ketiga, yaitu sabar terhadap taqdir Allah yang menyakitkan (menurut pandangan manusia).
Karena sesungguhnya taqdir Allah ‘Azza wa Jalla terhadap manusia itu ada yang bersifat menyenangkan dan ada yang bersifat menyakitkan.
Taqdir yang bersifat menyenangkan; maka butuh rasa syukur, sedangkan syukur itu sendiri termasuk dari ketaatan, sehingga sabar baginya termasuk dari jenis yang pertama (yaitu sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah). Adapun taqdir yang bersifat menyakitkan; yaitu yang tidak menyenangkan manusia, seperti seseorang yang diuji pada badannya dengan adanya rasa sakit atau yang lainnya, diuji pada hartanya –yaitu kehilangan harta-, diuji pada keluarganya dengan kehilangan salah seorang keluarganya ataupun yang lainnya dan diuji di masyarakatnya dengan difitnah, direndahkan ataupun yang sejenisnya.

Rabu, 30 Maret 2011

Saudaraku, Berhentilah Merokok Karena Allah :)

Mari kita sampaikan kepada saudara-saudara kita yang masih merokok, bahwa Allah Ta’ala telah berfirman:

وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada kalian.”
(An Nisaa’ 29)
Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan di dalam kitab tafsirnya:
Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadits melalui Al-A’masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan sebuah besi, maka besi itu akan berada di tangannya yang dipakainya untuk menusuki perutnya kelak di hari kiamat di dalam neraka jahanam dalam keadaan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan racun, maka racun itu berada di tangannya untuk ia teguk di dalam neraka jahanam dalam keadaan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.” (HR. Bukhari – Muslim).
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abuz Zanad dari Al A’raj, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan lafaz yang semisal. (Tafsir Ibnu Katsir, Juz 5).
Menurut hasil penelitian, rokok itu mengandung 4000 komponen kimia beracun yang membunuh penghisapnya perlahan-lahan.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, dosen di Darul Hadits Al-Khairiyyah, Mekkah Al-Mukarromah, menyatakan dalam bukunya Bimbingan Islam Untuk Pribadi dan Masyarakat:
“Mayoritas ahli fiqh menyatakan rokok itu haram; sedangkan yang belum menyatakan haram, karena pengetahuan mereka masih dangkal tentang bahaya merokok, utamanya penyakit kanker.” Asap rokok adalah penyebab utama dari penyakit kanker pada segala jenis organ tubuh. Hal ini telah mutlak kebenarannya, tidak dapat dibantah oleh siapapun.
Dokter Yamagiwa dan Ishikawa dari Jepang pada tahun 1915 pernah mengolesi telinga kelinci dengan zat aspal yang biasa dipakai untuk mengeraskan jalan raya (di bungkus rokok tertulis: TAR). Setelah 15 bulan, kelinci percobaan diperiksa dan ternyata telinganya telah ditumbuhi kanker ganas. Kalau asap rokok ditiupkan ke permukaan tissue putih, akan terlihat zat lengket kecoklatan. Itulah salah satu jenis polisiklik hidrokarbon, yaitu zat karsinogen (bibit kanker). Maka orang yang merokok sama halnya dengan menanam bibit kanker di dalam tubuhnya. Suatu saat akan memanen apa yang dia tanam, yaitu kanker ganas yang akan diikuti dengan upacara menyongsong maut layaknya bom waktu yang akan menjemputnya.
Di bungkus rokok itu sendiri telah ditulis: “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan jantung.”
Menurut laporan WHO (Organisasi Kesehatan se-Dunia), dewasa ini di seluruh dunia setiap tahunnya 3½ juta orang meninggal karena penyakit akibat rokok. Penelitian di Inggris terhadap 34.000 orang dokter yang dibagi antara kelompok perokok dan non-perokok, menunjukkan pada jangka waktu tertentu dari kelompok perokok 100 orang meninggal dan dari kelompok non-perokok hanya 2 orang.
Rokok memang belum ada di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi sebagai agama yang telah sempurna, Islam datang membawa kaidah-kaidah umum yang melarang apapun yang buruk, yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, ataupun menyia-nyiakan harta. Selain merokok itu bahayanya lebih besar daripada manfaatnya, juga termasuk pemborosan.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):
“…dan (Allah) menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk…” (Al A’raaf, QS 7: 157).
Karena rokok mengandung racun dan merusak kesehatan, maka ia termasuk sesuatu yang buruk (dan Allah mengharamkan sesuatu yang buruk).
“…dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan…” (Al Baqarah, QS 2: 195).
Telah terbukti bahwa merokok menyebabkan kematian, maka siapa saja yang merokok termasuk telah menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan. Sebagian dari mereka yang telah menghambakan dirinya kepada rokok, akan berkata bahwa ajal itu adalah takdir. Tetapi mereka lupa bahwa ajal yang demikian tergolong ajal yang membawa amal buruk (su’ul khatimah) karena memasukkan racun ke dalam tubuh dengan sengaja.
“…Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu saudara-saudara syaitan…” (Al Israa’, QS 17: 26-27).
Merokok termasuk perbuatan yang tidak berguna, baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarganya. Para pecandu rokok menghambur-hamburkan uang dengan cara membakar rokok dan menghisapnya, tanpa memikirkan bahwa uang tersebut sangat dibutuhkan oleh keluarganya dan untuk membangun kembali kejayaan Islam. Dikatakan bahwa pemboros-pemboros itu saudara-saudara syaitan, maka adakah saudaranya syaitan itu tempatnya di surga, wahai saudaraku?
Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah Muslim, menghamburkan uangnya untuk menghisap rokok lebih dari Rp. 120 miliar/hari. Rp. 3,6 trilyun/bulan. Rp.43,2 trilyun/tahunnya. Analisis disederhanakan sbb: Penduduk Indonesia sekitar 220 juta jiwa; Berdasarkan data terakhir, perokok aktif paling sedikit sekitar 20 juta jiwa. Merokok rata-rata 1 bungkus/hari (ada yang ½-1½); Harga rata-rata Rp. 6.000,-/bungkus. Maka total belanja: Rp.6.000,- X 20.000.000 jiwa = Rp.120.000.000.000,-/hari = Rp. 3.600.000.000.000,-/bulan = Rp. 43.200.000.000.000,-/tahun.
Jumlah yang fantastis bila dapat dihimpun untuk kepentingan Islam, baik untuk membangun masjid, menyantuni fakir miskin, mendirikan pesantren gratis, membuat pabrik senjata, atau membangun perusahaan-perusahaan yang syar’i untuk menampung tenaga kerja dari pabrik rokok yang insya Allah bangkrut apabila umat Islam mau berhenti merokok dan mengalihkan dananya untuk kepentingan Islam. Adakah di antara para pecandu rokok yang memikirkan itu semua? Wallahu Ta’ala a’lam.
Karena rokok termasuk sesuatu yang buruk, maka perbuatan merokok termasuk katagori amal buruk. Kalau sudah jelas bahwa menghisap rokok itu termasuk amal buruk, lalu apa sebenarnya yang mendorong seseorang untuk menghisap rokok?

Jawabannya hanya ada satu, yaitu hawa napsu. Padahal Allah Ta’ala telah memperingatkan:
“…janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah…” (Shaad, QS 38: 26).
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Al Jaatsiyah, QS 45: 23)
Berdasarkan apa yang telah disampaikan di atas, maka ulama terkemuka tingkat dunia dari 4 mazhab telah mengeluarkan fatwa tentang haramnya merokok. Mereka adalah Syaikh Muhammad Al-Aini (mazhab Hanafi)Syaikh Khalid bin Ahmad (mazhab Maliki), Syaikh Al-Ghazi Asy-Syafi’i (mazhab Syafi’i), dan Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab (mazhab Hanbali). (lihat buku Merokok Haram, Dr. Usman Alwi, SpA).
Demikian pula Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi (Ahli Tafsir, penasihat dan pengajar tafsir Al-Qur’an di masjid Nabawi Madinah). (lihat Minhajul Muslim/Ensiklopedi Muslim, 674).
Syaikh bin Baz rahimahullah (mantan: rektor Univ.Islam Madinah, Mufti Agung Kerajaan Saudi, Ketua Ulama Besar Saudi, Ketua Dewan Tinggi Internasional Urusan Masjid, Ketua Badan Pendiri Rabithah Al-’Alam Al-Islamy, Ketua Lembaga Fiqih Islam se-dunia, Ketua The Founding Committee of Muslim World League, dll), ketika ditanya apakah hukum rokok itu haram atau makruh, dan apa hukum menjual dan memperdagangkannya, maka beliau mengeluarkan fatwanya:
Rokok diharamkan karena ia termasuk khabits (sesuatu yang buruk) dan mengandung banyak sekali mudharat, sementara Allah hanya membolehkan makanan, minuman dan selain keduanya yang baik-baik saja bagi para hamba-Nya dan mengharamkan bagi mereka semua yang buruk (khaba’its). Lalu beliau membacakan surat Al Maa-idah: 4 dan Al A’raaf: 157. Jadi, rokok dengan segala jenisnya bukan termasuk ath-Thayyibat (segala yang baik) tetapi ia adalah al-Khaba’its. Oleh karenanya, tidak boleh merokok; menjual ataupun berbisnis dengannya sama hukumnya seperti khamr (arak). Adalah wajib bagi orang yang merokok dan memperdagangkannya untuk segera bertaubat dan kembali ke jalan Allah, menyesali perbuatan yang telah diperbuat serta bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Dan barangsiapa melakukan taubat dengan setulus-tulusnya, niscaya Allah akan menerimanya sebagaimana firman-Nya,
“Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 31).
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaahaa: 82). (Fatwa-fatwa Terkini, jilid 2, 21-22)

Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah, mengeluarkan fatwanya tentang hukum bekerja di pabrik rokok:
Engkau tidak boleh bekerja di pabrik produksi rokok tersebut, karena memproduksi rokok dan menjadikannya sebagai ladang bisnis adalah haram. Dengan bekerja di pabrik tersebut, itu berarti tolong-menolong dalam hal yang diharamkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…” (Al Maa-idah: 2).
Oleh karena itu, bekerja di pabrik tersebut adalah haram dan gaji yang engkau terima darinya juga haram, engkau harus bertaubat kepada Allah dan meninggalkan pekerjaan itu. Gaji yang sedikit tetapi halal adalah lebih baik daripada gaji yang banyak tetapi haram, hal itu karena jika seseorang memperoleh harta yang haram, maka Allah tidak akan memberkati hartanya; dan jika ia bershadaqah dengan harta tersebut, maka Allah tidak akan menerimanya. Jika ia meninggalkan harta tersebut setelah ia berkewajiban membayar hutang-hutangnya, maka harta tersebut akan menjadi sengketa bagi ahli warisnya. Ketahuilah bahwa Nabi telah bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik-baik.” (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi, Ad-Darimi).
Beliau kemudian membacakan surat Al Mu’minuun: 51 dan Al Baqarah: 172. Di akhir fatwa beliau membacakan ayat,
“…Barangsiapa yang bertakwa (takut dan taat) kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya…” (Ath Thalaaq: 2-3).
Bagi siapa saja yang mau merenungkannya, ulasan di atas insya Allah sudah mencukupi. Semoga Allah Ta’ala mudahkan saudara-saudara kita yang masih kecanduan merokok untuk meninggalkan perbuatan maksiat tersebut semata-mata demi mengharapkan keridhaan-Nya, Allahumma amin.
oleh:
Abu Muhammad Herman

Cinta & Waktu | nice article

Beberapa waktu yan lalu saya mendapat tulisan ini dari teman saya yang menurut saya isinya sangat bagus, bagus deh pokoknya. :)
Mungkin anda sudah sering mendengar kisah ini.
Alkisah disebuah pulau, hiduplah beberapa orang yang abstrak. Mereka adalahCinta, Kekayaan, Kegembiraan, Kecantikan, dsb. Mereka hidup berdampingan dengan rukun dan damai. Namun suatu hari datanglah badai kehidupan yang menyebabkan air meluap sangat tinggi dan hampir menenggelamkan pulau itu. Semua makhluk berusaha menyelamatkan diri.
Cinta yang tak bisa berenang hanya bersandar pada sebatang pohon kelapa sambil menunggu seseorang yang mungkin bisa menyelamatkannya. Air sudah mencapai lututnya. Kemudian lewatlah kekayaan dengan perahunya.
Cinta berteriak minta tolong :
“Kekayaan, kekayaan…! Tolonglah aku. Bolehkah aku ikut denganmu?”
“Maaf cinta aku tidak bisa membawamu dalam perahuku! Perahu itu sudah penuh dengan harta bendaku! “ jawab kekayaan.
Kekayaanpun terus mendayung perahunya perlahan meninggalkan pulau. Lewatlah kegembiraan dengan perahunya.
“Kegembiraan…! Tolonglah aku.” Teriak cinta.
Namun kegembiraan terus berlalu. Rupanya ia tidak mendengar suara cinta saking bahagianya. Kembali cinta terdiam sendiri. Lalu lewatlah kecantikan.
Kecantikan.. kecantikan, tolonglah aku…!
Namun kecantikan menolaknya.
“Tubuhmu kotor dan basah, nanti kau akan mengotori perahuku.”
Begitu jawabnya sambil terus mendayung perahunya. Bukan hanya kesal, tapi cinta juga merasakan sakit hati. Dari kejauhan datang sebuah perahu kembali datang, berharap ada yang dapat menolongnya.
“Kesedihan.. kesedihan.. kumohon tolonglah aku… tidak ada lagi yang dapat menolong selain Engkau.!”
“Maaf cinta, aku sedang sedih dan hanya ingin sendiria.” jawab kesedihan.
Air sudah sampai leher cinta, sebentar lagi dia akan tenggelam. Dia sudah putus asa dan menutup matanya. Menunggu nyawanya dicabut oleh Yang Maha Kuasa. Namun dari jauh datanglah sebuah perahu tua. Orang tua itu menarik tangan cinta dan memasukannya kedlaam perahu. Cinta terkejut bercampur bahagia. Di pulau terdekat orang tua itu menurunkan cinta dan berlalu pergi. Cinta sadar bahwa dia tidak mengenal orang tua itu. Dia segera menanyakan pada penduduk setempat.
“Apakah engkau mengenal orang itu” tanyanya.
“Orang tua itu? Ouwh,,, dia adalah WAKTU”
“Tapi, mengapa dia menyelamatkanku, padahal aku tidak mengenalnya? Bahkan teman-teman dekatkupun tidak mau menolongku.” Sahut cinta
“Sebab, hanya waktulah yang tau berapa nilai cinta yang sesungguhnya.” Jawab penduduk itu.
INSPIRASI…
Salam keajaiban
“seiring berjalan waktu, cinta akan datang. Seiring berjalan waktu, cinta akan hilang”
Ketika kali bertemu dengan pasangan anda, anda tentu mendapat janji yang ruuar biasa. Terutama jika anda adalah wanita. Berbagai komitmen seperti sehidup semati, menjadi awan – awan kebahagiaan anda. Namun taukah anda, apa yang SEBENARNYA diinginkan pasangan anda? HANYA dia yang tau, apa yang dia inginkan dari anda. Apakah tubuh anda yang menarik, kecantikan atau ketampanan anda yang begitu menawan, garis keturunan anda, harta kekayaan anda, atau sifat-sifat yang ada dalam diri anda.
Semuanya akan ketahuan seiring berjalan waktu. Ketika anda tidak secantik atau setampan dahulu, ketika itu pula anda akan kena musibah. Karena cinta hanya berasal dari mata, berubahanya pandangan mata turut merubah nilai cinta itu. Namun apabila cinta berasal dari akal yang jernih, kalau Tuhan mengizinkan akan tahan lama. Toh, akal tidak menerima respon dari lingkungan dengan terlalu cepat tanpa pertimbangan.
Mungkin KISAH NYATA dibawah ini bisa mewakili makna cinta yang SESUNGGUHNYA. Saat berkelana di internet “saya ketemu” sebuah kisah nyata yang sangat menarik.
Cerita itu tentang kehidupan Bapak Suyitno 58 tahun. Kesehariaanya diisi dengan merawat istrinya yang lumpuh. Mereka sudah menjalani kebersamaan selama 32 tahun. Merekapun telah dikaruniai 4 orang anak. Keadaan rumah tangga Pak Suyitno mulai berubah setelah dikaruniai 4 orang anak. Tiba- tiba kaki istrinya lumpuh. Kondisi ini berlangsung hingga 2 tahun. Pada tahun ke 3 istrinya benar-benar lumpuh. (Hal ini bisa saja terjadi pada wanita pasca melahirkan. Kondisi ini dinamakan “Baby Blues”)
Walau demikian Pak Suyitno dengan sabar memandikan, merawat, membersihkan kotoran setiap hari. Agar tidak kesepian pak suyitno membopong istrinya di depan televisi. Tempat kerja Pak Suyitno memang tidak jauh dari rumahnya, sehingga dia bisa pulang pada siang hari untuk menyuapi istrinya. Meski tidak mendapat respon yang maksimal, Pak Suyitno menceritakan setiap hari pada istrinya apa yang dialaminya seharian. Rutinitas itu pak Suyitno jalani selama 25 tahun.
Pernah pada suatu kesempatan Pak Suyitno berkumpul dengan ke4 orang anaknya. Pada pertemuan itu anak sulungnya berkata:
“pak, kami ingin sekali merawat ibu. Semenjak kami kecil, bapaklah yang merawat ibu. Tidak ada sedikitpun keluhan yang keluar dari mulut bapak. Bahkan bapak tetap menginginkan ibu disini. Sudah ke4 kalinya kami meminta bapak untuk menikah lagi. Kami rasa ibupun akan mengizinkannya. Kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami ingin masa tua bapak merasakan ketenangan.”
Jawaban pak Suyatno,
“Anak2ku kalo pernikahan ini hanya untuk sekedar nafsu, mungkin DARI DULU bapak sudah menikah lagi. Tapi dengan adanya ibu disamping kalian, itu sudah lebih dari cukup. Dia telah melahirkan kalian (sejenak kerongkonganku tersekat) kalian yang selalu bapak rindukan kehadiran didunia ini, berasal dari rahim ibumu. Tidak satupun yang dapat menggantikannya. Coba kalian Tanya apakah dia sengaja ingin keadaaanya menjadi seperti ini? Kalian menginginkan bapak bahagia. Lantas apakah BATIN bapak bisa bahagia meninggalkan keadaan ibumu dalam keadaan seperti ini?”
Anak – anak Pak Suyatno tak bisa menahan haru. Sampai akhirnya Pak Suyatno di undang oleh salah satu pihak TV swasta untuk menjadi narasumber. Pada saat itulah Pak Suyitno bercerita :
“Jika manusia di dunia ini mengungkapkan cinta dalam pernikahannya, tetapi tidak mau memberi adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya untuk menjadi pendamping hidup saya. Sewaktu dia sehat, diapun sabar merawat saya. Mencintai saya dengan segenap jiwa dan raganya. Dan dia member saya 4 orang anak yang lucu – lucu. Sekarang dia sakit dan berkorban untuk cinta kami bersama. Dan itu merupakan ujian bagi saya apakah saya dapat memegang komitmen saya untuk dapat MENCINTAI DIA APA ADANYA. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi dia sakit”
MASIH BANYAKKAH ORANG2 SEPERTI PAK SUYITNO DI DUNIA KITA??
Seorang laki2 yang RUUUAARR BIASA!!!
Karena cinta, duri menjadi mawar. Karena cinta cuka menjelma menjadi anggur segar.